Jumat, 23 Juli 2010

Sistem Kekerabatan, Komunitas dan Sistem Religi

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dewasa ini, berangkat dari kesadaran diri ini tentang Negara kita Indonesia yang kaya akan beragam budaya, namun saat ini pemahaman tentang kebudayaan itu sendiri kini telah berkurang seiring berjalannya waktu, bahkan kita, anggap saja di lahirkan pada keturunan jawa, tetapi seiring perkembangan zaman kita juga mengabaikan apa yang telah di ajarkan dan apa yang terjadi yang di lakukan oleh nenek moyang kita dan sering pula kita tidak tahu apa yang ada pada budaya kita sendiri.



Secara umum kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Dari pengertian di atas penulis tertarik untuk membahas tentang sistem kekerabatan, komunitas dan sistem kepercayaan atau yang biasa di sebut dengan sistem religi. Kedua pembahasan ini merupakan bagian dari kebudayaan yang penting untuk di ketahui setelah definisi dan apa yang menimbulkan wuud kebudayaan telah di sampaikan oleh kelompok lain.


2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan dan penjelasan kepada peserta diskusi yang akan di kupas secara detail oleh tim pemakalah dan agar apa yang di sampaikan tim makalah tentang Sistem Kekerabatan, komunitas, dan sistem religi dapat memberikan pembaca dan peserta diskusi mengerti dan memahami isi dari pembahasan ini.

3. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini tidak lain adalah memicu kami sebagai penulis lebih memahami dan mendapatkan ilmu tentang pemahaman kebudayaan serta memberikan wawasan luas kepada peserta diskusi atau pembaca.

4. Metode Penulisan

Metode penulisan yang di gunakan oleh penulis adalah dengan metode kepustakaan, yaitu mengumpulkan bahan – bahan yang berkaitan dengan materi.



BAB II
ISI
Sistem Kekerabatan
1. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.


Dalam sebuah organisasi yang merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama yang kemudian membentuk suatu perkumpulan dari manusia – manusia yang memiliki tujuan dan keinginan yang sama yang di sebut Komunitas. Dalam wikipedia Indonesia, komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".

2. Pemikiran Tentang Asal Mula dan Perkembangan Keluarga

Masalah asal mula dan perkembangan keluarga dalam masayarakat telah lama menjadi perhatian para ahli – ahli dalam ilmu sosial. Berbagai hasil penelitian yang membandingkan anatara sekumpulan hewan yang hidup berkelompok, juga ahli antropologi ikut terkait melakukan hal yang sama dalam pertengahan abad ke 19. menurut para ahli-ahli antopologi, pada masa ini merupakan tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat dan kebudayaan, dulu manusia mirip dengan hidup sekawanan hewan yang berkelompok. Kelompok keluarga inti pada saat itu juga belum ada.

Pada hakikatnya manusia lama-kelamaan sadar akan hubungan antara seorang ibu dan anak – anaknya , yang hal tersebut merupakan kelompok kecil dari sebuah keluarga inti. Tingkat berikutnya terjadi karena para pria yang tidak puas dengan keadaan ,lalu mengambil istri di kelompok – kelompok lain. Keturunan yang lahir dari hubungan itu tetap tinggal dalam kelompok pria, sehingga lambat laun timbul kelompok keluarga dengan ayah sebagai kepala keluarga.

Pada tingkatan terakhir, dimana semula terjadi perkawinan di luar kelompok (eksogami) kemudian berubah menjadi perkawinan di dalam kelompok (endogamy). Endogami ini menyebabkan bahwa anak – anak selanjutnya dapat meneruskan keturunan dengan menjalin hubungan dengan kerabat dekat sang ayah maupun ibu.

3. Rumah Tangga dan Keluarga Inti
Rumah tangga adalah sepasang suami istri yang membentuk suatu kesatuan sosial, yaitu kesatuan yang mengurus ekonomi rumah tangganya. Rumah tangga biasanya terdiri dari satu keluarga inti, Isitilah keluarga inti dikembangkan oleh dunia barat untuk membedakan kelompok keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak-anaknya, biasanya ayah, ibu, dan anak, dari apa yang dikenal keluarga besar (extended family) . Menurut kamus Merriam-Webster, istilah ini muncul pada tahun 1947 dan karenanya masih relatif baru, meskipun struktur keluarganya tidak. Dikota besar seperti Jakarta, misalnya , masalah perumahan seringkali menyebabkan bahwa keluarga –keluarga muda terpaksa menumpang kerumah orang tua mereka, dan selama kelarga muda tersebut belum mengurus ekonomi rumah tangganya sendiri, maka keluarga muda seperti itu belum dapat dikatakan membentuk rumah tangga.


Sistem Kepercayaan (Sistem Religi)

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta. Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian.

1. Perhatian Antropologi Terhadap Religi dan Kepercayaan
Sejak lama, ketika ilmu antropologi belum ada dan hanya merupakan suatu himpunan tulisan mengenai adat-istiadat yang aneh-aneh dari suku-suku bangsa di luar Eropa, religi telah menjadi suatu pokok penting dalam buku-buku para pengarang tulisan-tulisan etnografi mengenai suku-suku bangsa itu. Kemudian, waktu bahan etnografi tersebut digunakan secara luas oleh dunia ilmiah, perhatian terhadap bahan mengenai upacara keagamaan itu sangat besar. Sebenarnya ada dua hal yang menyebabkan perhatian yang besar itu, yaitu :
o Upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak paling lahir.
o bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun teori-teori tentang asal-mula religi.

Para pengarang etnografi yang datang dalam masyarakat suatu suku bangsa tertentu, akan segera tertarik akan upacara-upacara keagamaan suku bangsa itu, karena upacara-uapacara itu pada lahirnya tampak berbeda sekali dengan upacara keagamaan dalam agama bangsa-bangsa Eropa itu sendiri, yakni agam Nashrani. Hal-hal yang berbeda itu dahulu dianggap aneh, dan justru karena keanehanya itu menarik perhatian.

Masalah asal-mula dari suatu unsur universal seperti religi, ratinya masalah mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib yang dianggapnya lebih tinggi daripadanya, dan mengapa manusia itu melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka warna, unutk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi, telah lam menjadi pusat perhatian banyak orang di Eropa, dan juga dari dunia ilmiah pada umumnya. Dalam usaha untuk memecahkan masalah asal-mula religi, para ahli biasanya menganggap religi suku-suku bangsa di luar Eropa sebagai sisa-sisa dari bentuk-bentuk religi yang kuno, yang dianut seluruh umat manusia dalam zaman dahulu, juga oleh orang Eropa ketika kebudayaan mereka masih berada pada tingkat yang primitif .

2. Unsur-Unsur Religi
Dalam antropologi religi di bagi kedalam unsure – unsure tersebut di bawah ini :
1. emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa manusia di dorong untuk berperilaku keagamaan;
2. sistem kepercayaan atau bayangan – bayangan manusia tentang bentuk dunia, alam, alam gaib, hidup, maut, dan sebagainya;
3. sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan sistem kepercayaan tersebut dalam (2);
4. kelompok keagamaan atau kesatuan – kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut sistem upacara-upacara keagamaannya;
5. alat-alat disik yang di gunakan dalam ritus dan upacara keagamaan.



BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. asal mula dan perkembangan keluarga dalam masayarakat telah lama menjadi perhatian para ahli – ahli dalam ilmu sosial. Berbagai hasil penelitian yang membandingkan anatara sekumpulan hewan yang hidup berkelompok, juga ahli antropologi ikut terkait melakukan hal yang sama dalam pertengahan abad ke 19.

Dalam antropologi religi di bagi kedalam unsure – unsure tersebut di bawah ini :
1. emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa manusia di dorong untuk berperilaku keagamaan;
2. sistem kepercayaan atau bayangan – bayangan manusia tentang bentuk dunia, alam, alam gaib, hidup, maut, dan sebagainya;
3. sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan sistem kepercayaan tersebut dalam (2);
4. kelompok keagamaan atau kesatuan – kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut sistem upacara-upacara keagamaannya;
5. alat-alat disik yang di gunakan dalam ritus dan upacara keagamaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar